Pahlawan Iman Jadi Santo Pertama Papua
11 Oktober 2025 | 18.16 WIB
TANGGAL 19 Oktober 2025, Paus Leo XIV akan mengangkat tujuh orang hebat jadi santo dan santa baru di Vatikan. Nah, salah satunya berasal dari Papua Nugini, dan namanya Beato Petrus To Rot. Hebat banget, kan? Ia akan menjadi santo pertama dari Papua Nugini!
Petrus lahir di sebuah kampung bernama Rakanui, di pulau New Britain, Papua Nugini. Ayahnya, Angelo To Puia, adalah kepala suku yang sangat disegani dan juga orang pertama di desanya yang dibaptis Katolik! Wah, keren ya, kepala suku yang ikut jadi teladan iman!
Ayahnya bahkan menyerahkan tanahnya untuk membangun gereja, sekolah, dan rumah bagi para misionaris. Dari keluarganya inilah, iman Katolik mulai tumbuh dan dikenal banyak orang di Papua Nugini.
Petrus kecil tumbuh dalam keluarga yang penuh kasih dan iman. Ia suka membantu di gereja dan selalu semangat ikut Misa setiap hari! Karena rajin dan baik hati, pastor di desanya menyarankan supaya Petrus belajar jadi katekis, yakni orang yang membantu umat mengenal dan belajar tentang iman Katolik.
Sebagai katekis, tugas Petrus sangat penting. Ia mengajarkan Sabda Tuhan, membantu membaptis, memimpin doa, dan mendampingi umat. Ia bahkan kadang menggantikan pastor kalau sedang tidak ada imam di desa. Tapi, saat Perang Dunia II datang, keadaan jadi sangat sulit. Tentara Jepang datang dan melarang semua kegiatan agama. Para pastor ditangkap. Gereja ditutup. Petrus nggak mau menyerah! Ia tahu Tuhan tetap harus disembah, walau diam-diam.
Setiap malam, Petrus pergi sembunyi-sembunyi ke rumah-rumah. Ia berdoa bersama umat, mengajar mereka tentang Yesus, dan membantu mereka supaya tetap kuat dalam iman.
Suatu hari, tentara Jepang dan beberapa pejabat mencoba menghidupkan kembali kebiasaan lama, yaitu punya banyak istri (poligami). Petrus tahu Tuhan mengajarkan bahwa perkawinan itu suci dan hanya antara satu suami dan satu istri. Maka ia berani menegur mereka, walau tahu risikonya besar.
Beberapa orang jadi marah dan menangkap Petrus. Ia dipenjarakan, tapi tetap tidak takut. Ia malah berkata: “Aku dipenjara karena membela perkawinan dan karena tidak mau menghentikan karya Allah. Aku harus mati. Tapi aku siap.”
Wah, luar biasa yah. Ia tahu kebenaran itu berharga, dan tetap berpegang pada imannya, walau nyawanya terancam.
Suatu hari, ketika ia sedang dipenjara, seorang dokter datang dan memberi “obat”. Tapi ternyata obat itu membuatnya lemah dan akhirnya Petrus meninggal pada tahun 1945.
Ia wafat karena imannya kepada Yesus. Itulah sebabnya ia disebut martir, yaitu orang yang rela mati demi imannya.
Meski hidupnya sederhana, semangat dan iman Petrus besar sekali. Ia menunjukkan bahwa menjadi kudus tidak harus jadi imam atau suster, orang biasa pun bisa jadi kudus, asal setia dan berani seperti Petrus To Rot.
Selain Petrus To Rot, ada juga beberapa calon santo dan santa lain yang luar biasa, lho!
Misalnya:
-
José Gregorio Hernández – dokter baik hati yang dikenal sebagai “dokter bagi orang miskin”.
-
María del Carmen Rendiles – biarawati yang mendirikan tarekat Suster Hamba Yesus.
-
Ignazio Choukrallah Maloyan – uskup yang wafat sebagai martir.
-
Vincenza Maria Poloni – pendiri Kongregasi Suster Belas Kasih di Verona.
-
Maria Troncatti – misionaris dari Italia yang melayani suku Shuar di Ekuador.
-
Bartolo Longo – dulunya penyembah setan, tapi bertobat dan jadi pendoa Rosario yang hebat!
Petrus To Rot mengajarkan kita bahwa: “Menjadi kudus berarti setia pada kebaikan, berani membela kebenaran, dan tidak menyerah walau sulit.”
Kita semua juga bisa jadi seperti Petrus To Rot, yang setia, berani, dan penuh kasih! Apakah kalian siap jadi pahlawan iman di zaman sekarang, Sanctory Kids? Mulailah dari hal kecil: berdoa, membantu teman, jujur, dan setia pada Tuhan. Siapa tahu, kelak kalian pun bisa jadi orang kudus masa depan!
Bung Yan