Sanctory lahir dari kerinduan untuk menghadirkan media kreatif yang bisa memperkenalkan kisah para santo dan santa Katolik kepada anak-anak secara sederhana, menyenangkan, dan relevan dengan dunia mereka. Melalui format komik, ilustrasi, dan cerita penuh warna, Sanctory ingin menghadirkan figur-figur teladan iman dengan cara yang mudah dipahami sekaligus menghibur.
Ketika terjadi bencana kelaparan besar, Dominikus melakukan sesuatu yang luar biasa. Ia menjual semua miliknya, bahkan buku-buku pelajarannya yang mahal, untuk membeli makanan bagi orang-orang miskin.
Saat Youssef masih umur 3 tahun, ayahnya meninggal. Sedih banget, ya… Tapi dia tetap jadi anak baik dan belajar banyak hal baik dari kedua pamannya yang adalah rahib (biarawan). Waktu itu, dia sekolah di kampungnya dan belajar pakai bahasa Arab dan Siria. Karena dia sangat rajin dan suka berdoa, teman-temannya memanggil Youssef “Santo”, padahal dia masih kecil!
Suatu hari, Victor dipanggil ke pengadilan. Hakim menyuruhnya untuk berdoa kepada dewa-dewa Romawi. Tapi Victor berkata dengan tegas, “Aku hanya mau berdoa kepada Tuhan Yesus, Sang Pencipta. Aku tidak akan berdoa kepada dewa-dewa ciptaan manusia.”
Ketika usia Luigi sembilan tahun, ia jatuh sakit parah. Tulang punggungnya sakit sekali karena penyakit TBC tulang belakang. Badannya sering pegal, demam, dan lama-lama sulit bergerak. Dokter bilang penyakit Luigi tidak bisa disembuhkan. Kakak-kakaknya pun sedih, bahkan ada yang marah karena ibu mereka terus menjual barang-barang di rumah untuk mengobati Luigi.
Qin Bian harus bekerja keras merawat anak-anaknya sendirian. Mereka sering kekurangan makanan, tetapi umat Katolik di desa mereka membantu, hingga akhirnya Qin Bian dan anak-anaknya menjadi Kristen. Saat dibaptis, ia diberi nama Elizabeth.