Romo Josif Papamihali Imam yang Setia sampai Akhir

26 Oktober 2025 | 14.04 WIB

romo-josif-papamihali-imam-yang-setia-sampai-akhir

SANCTORY - Di kota kecil bernama Elbasan, Albania, pada 23 September 1912, lahirlah seorang anak laki-laki bernama Josif Alqiviadh Papamihali. Sejak kecil, Josif dikenal rajin belajar dan sangat mencintai Tuhan. Ia suka membantu orang lain dan selalu tersenyum pada siapa pun.

Ketika besar, Josif ingin menjadi imam Katolik, agar bisa melayani umat dan mengajarkan kasih Tuhan. Setelah menamatkan sekolah dasar di kampung halamannya, ia melanjutkan sekolah menengah di Italia, di sebuah sekolah Katolik bernama Grotta Ferrata, dekat Kota Roma. Di sana, Josif belajar dengan tekun dan mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi filsafat dan teologi di Perguruan Tinggi Kepausan Yunani Santo Athanasius, juga di Roma. Ia lulus pada tahun 1936.

Selain pintar, Romo Josif juga fasih berbicara banyak bahasa. Ia bisa berbahasa Italia, Latin, Yunani, Albania, bahkan sedikit Prancis!

Setelah kembali ke Albania, ia mulai berkarya sebagai imam Gereja Katolik ritus Timur (unitas). Ia melayani umat di banyak kota: Elbasan, Korça, Berat, Lushnjë, dan Pogradec. Di mana pun ia berada, Romo Josif selalu dikenal sebagai imam yang ramah, rendah hati, dan sangat peduli pada orang miskin.

Namun, keadaan di Albania saat itu tidak mudah. Setelah perang dunia, pemerintahan komunis mulai berkuasa. Pemerintah baru ini tidak menyukai imam atau biarawan, karena mereka dianggap bisa memengaruhi rakyat dan menentang kekuasaan.

Pada 31 Oktober 1946, Romo Josif ditangkap oleh pihak keamanan di kota Korça. Ia dituduh sebagai “musuh rakyat” hanya karena mempertahankan imannya dan berbicara tentang kebaikan. Pemerintah menuduhnya berhubungan dengan pihak asing dan melawan pemerintahan rakyat. Padahal, Romo Josif tidak melakukan hal-hal itu. Ia hanya ingin agar umat Katolik bisa tetap berdoa dan hidup damai.

Selama berbulan-bulan ia diperiksa dan diinterogasi, tapi ia tetap tenang dan setia pada imannya. Ia berkata,

“Tugas saya adalah menuntun umat dalam iman Katolik. Saya tidak berpolitik, saya hanya ingin membawa orang pada kasih Tuhan.”

Meski tidak bersalah, pengadilan militer di Korça tetap memutuskan bahwa Romo Josif bersalah dan menjatuhkan hukuman lima tahun penjara dengan kerja paksa. Ia dikirim ke tempat yang sangat berat, kamp kerja di rawa Maliq, tempat banyak tahanan dipaksa bekerja mengeringkan rawa. Di sana, Romo Josif harus bekerja di lumpur dan air setiap hari, tanpa makanan yang cukup dan tanpa istirahat.

Suatu hari, tubuhnya yang lemah tak lagi kuat menahan penderitaan. Ia jatuh dan tenggelam di lumpur rawa. Ia wafat di sana, tanpa kuburan yang diketahui, tetapi dengan iman yang tetap teguh sampai akhir.

Bertahun-tahun kemudian, Gereja Katolik mengenang keberaniannya. Pada tahun 2016, Paus Fransiskus memaklumkan Romo Josif Papamihali sebagai Martir Gereja Katolik, artinya orang yang rela mati demi imannya. Dan pada 5 November 2021, kota kelahirannya, Elbasan, memberikan gelar “Warga Kehormatan” untuk mengenang jasanya.

Kini, nama Romo Josif Papamihali dikenang sebagai imam muda yang penuh semangat, setia, dan berani. Ia mengajarkan kita bahwa iman dan kebaikan tidak bisa dimusnahkan oleh siapa pun, bahkan oleh kekuasaan yang paling keras sekalipun.


Bung Yan

back to blogs