Santa Margareta dari Skotlandia Perjalanan “Mutiara” yang Membawa Terang

16 November 2025 | 18.28 WIB

santa-margareta-dari-skotlandia-perjalanan-mutiara-yang-membawa-terang

SANCTORY - Di sebuah negeri yang jauh dan dingin, ribuan tahun sebelum kita lahir, hidup seorang perempuan yang kelak dikenal sebagai “Mutiara Skotlandia.” Namanya Margareta. Kisah hidupnya seperti perjalanan panjang yang penuh ombak: ada badai, ada pelabuhan yang menenangkan, dan ada cahaya yang ia tinggalkan untuk dunia hingga hari ini.


Hidup dalam Pengasingan

Margareta lahir di Hongaria, jauh dari tanah asal keluarganya di Inggris. Ayahnya, Edward, adalah seorang pangeran yang hidup dalam pengasingan, dan ibunya bernama Agatha. Meski jauh dari istana Inggris, rumah kecil keluarga ini penuh dengan doa, cerita Kitab Suci, dan ajaran tentang kebaikan. Margareta tumbuh bersama dua saudaranya, Edgar dan Cristina, sambil belajar bahwa hidup tidak selalu berjalan mulus, tetapi iman bisa membuat hati tetap kuat.

Ketika kembali ke Inggris pada tahun 1057, Margareta belum tahu bahwa kehidupannya akan berubah besar. Ayahnya meninggal tak lama setelah mereka tiba. Situasi politik di Inggris semakin panas, dan serangan pasukan Normandia membuat keluarga ini harus terus bergerak untuk mencari tempat aman. Margareta belajar bahwa perjalanan hidup terkadang memaksa kita untuk berpindah, tetapi setiap langkah bisa membawa kita ke tempat baru yang tak pernah kita bayangkan.


Terdampar di Negeri Baru

Saat keluarga Margareta mencoba meninggalkan Inggris, sebuah badai besar menghantam kapal mereka. Bukannya tiba di tempat tujuan, mereka justru terdampar di pantai Skotlandia. Di negeri yang asing itu, mereka disambut oleh Raja Malcolm III.

Dalam pertemuan itu, Malcolm melihat sesuatu yang unik pada diri Margareta. Ia bukan hanya cantik, tetapi juga lembut, bijaksana, dan penuh iman. Pada akhir tahun 1070, mereka menikah. Sejak saat itu, Margareta menjadi Ratu Skotlandia, sebuah negeri yang dulu sama sekali tidak ia kenal.


Mengajarkan Kebaikan

Sebagai ratu, Margareta tidak hidup dengan kemewahan semata. Ia justru mengajak rakyatnya berjalan bersama menuju kehidupan yang lebih baik. Ia turun langsung membantu orang miskin dan anak yatim, bahkan mencuci kaki mereka sebagai tanda kerendahan hati. Ia mendirikan tempat penyeberangan di Queensferry agar para peziarah dapat menyeberang dengan aman menuju St Andrews. Ia juga membangun biara di Dunfermline, mengundang para biarawan Benediktin, dan memperbaiki tata cara ibadat agar lebih rapi dan selaras dengan ajaran Gereja.

Di dalam istana, Margareta sering duduk berjam-jam menyulam perlengkapan gereja. Pada malam hari, ketika semua orang tidur, ia membaca Kitab Suci atau berdoa. Ia juga mendorong suaminya agar semakin mencintai iman dan lebih dekat dengan rakyatnya.

Kebaikannya tercermin pula pada anak-anaknya. Beberapa dari mereka kelak menjadi raja, termasuk Raja David I yang terkenal sebagai pemimpin yang baik dan adil.


Duka Mendalam

Tahun 1093 menjadi masa yang sangat berat bagi Margareta. Suaminya, Raja Malcolm, dan anak tertua mereka, Edward, gugur dalam pertempuran di Alnwick. Ketika kabar itu sampai ke istana, hati Margareta hancur. Beberapa hari kemudian, pada 16 November, ia pun menghembuskan napas terakhir. Banyak orang percaya bahwa ia wafat karena duka yang terlalu dalam.

Ia dimakamkan di Biara Dunfermline, tempat ia sering berdoa dan melayani.


Kebaikan Menjadi Warisan

Ratusan tahun kemudian, pada tahun 1250, Paus Innosensius IV menyatakan Margareta sebagai seorang santa. Gereja mengenangnya karena hidupnya yang penuh kasih, kesetiaannya dalam doa, dan perhatian besarnya kepada orang miskin dan yang menderita.

Hari pestanya dirayakan setiap tanggal 16 November. Hingga sekarang, ia dihormati bukan hanya oleh Gereja Katolik, tetapi juga oleh Gereja Anglikan dan gereja-gereja lainnya. Banyak gereja di dunia diberi nama Santa Margareta.

Di Skotlandia, Kapel Santa Margareta di Kastel Edinburgh menjadi salah satu tempat yang paling sering dikunjungi. Meski bangunannya kini berasal dari abad ke-12, banyak orang percaya bahwa semangat Margareta tetap hidup di sana, seperti cahaya kecil yang terus menerangi para peziarah yang datang.


Mutiara bagi Dunia

Kisah Santa Margareta mengingatkan kita bahwa orang baik tidak selalu hidup tanpa masalah. Terkadang mereka justru tumbuh melalui badai, seperti kapal yang tersesat namun akhirnya tiba di pelabuhan yang tepat. Di tengah dunia modern yang serba cepat, Margareta mengajarkan bahwa kebaikan kecil seperti menolong yang lemah, berbagi dengan yang membutuhkan, menghormati Tuhan, dan bersikap rendah hati, tetap memiliki kekuatan besar.

Ia menunjukkan bahwa setiap anak, dari mana pun berasal, bisa menjadi “mutiara” bagi dunia di sekitarnya.


Bung Yan

Share on:

TikTokInstagram
back to blogs