Santo Antonius Maria Claret Pendiri Misionaris Claretian Pelindung Para Penenun
24 Oktober 2025 | 08.46 WIB
Pada 23 Desember 1807, di sebuah desa kecil bernama Sallent, Provinsi Barcelona, Spanyol, lahirlah seorang bayi laki-laki bernama Antonius Maria Claret. Ia adalah anak kelima dari sebelas bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai pembuat kain wol. Sejak kecil, Antonius sudah senang berdoa dan sering pergi berziarah ke gua Bunda Maria di dekat rumahnya.
Ketika berumur 12 tahun, Antonius mulai belajar menjadi penenun kain. Ia suka bekerja keras dan ingin menjadi ahli di bidang itu. Karena itu, di usia 18 tahun, ia pergi ke Barcelona untuk belajar teknik menenun yang lebih rumit. Di sana, ia juga belajar bahasa Latin, Prancis, dan seni ukir. Antonius muda sangat rajin dan haus ilmu!
Namun, lama-kelamaan ia merasa bahwa hidupnya hanya dipenuhi pekerjaan dan keinginan untuk sukses. Ia takut hatinya terlalu cinta pada dunia dan melupakan Tuhan. Suatu hari, ia menyadari bahwa Tuhan memanggilnya untuk menjadi imam. Maka, Antonius meninggalkan pekerjaannya dan masuk seminari di Vic. Ia ditahbiskan menjadi imam pada 13 Juni 1835, tepat pada hari pesta Santo Antonius dari Padua, orang kudus yang menjadi nama baptis dan pelindungnya.
Sebagai imam muda, Romo Antonius sangat mencintai umatnya. Ia rajin berkhotbah, menolong orang miskin, dan bahkan belajar pengobatan sederhana untuk merawat orang sakit setelah perang. Suatu kali, ia berjalan dari satu desa ke desa lain hanya dengan sandal dan tongkat. Ia berkhotbah dalam bahasa Katalan dengan suara lembut tapi tegas. Banyak orang datang dari jauh hanya untuk mendengarnya.
Namun tidak semua orang senang dengan pelayanannya. Pernah, ada orang yang mencoba melukainya karena kebenciannya kepada Gereja. Tapi Romo Antonius malah mengampuni pelaku itu dan bahkan memohon agar hukumannya diringankan. Hatinya sungguh penuh belas kasih!
Pendiri Misionaris Claretian
Tahun 1849, Romo Antonius mendirikan sebuah kongregasi imam dan bruder yang disebut Putra-putra Hati Tak Bernoda Maria atau lebih dikenal sebagai para Misionaris Claretian. Mereka diutus ke seluruh dunia untuk mewartakan kasih Allah dan membantu orang miskin. Sekarang, para Claretian sudah melayani di lima benua dengan ribuan anggota, termasuk di Indonesia!
Romo Antonius juga menulis banyak buku tentang iman dan kehidupan rohani. Ia ingin agar semua orang bisa mengenal Tuhan melalui bacaan yang sederhana. Ia bahkan mendirikan sebuah toko buku rohani besar di Barcelona bernama “Librería Religiosa”, yang kemudian dikenal sebagai “Librería Claret.”
Uskup Agung
Tak lama setelah itu, Paus Pius IX menunjuknya menjadi Uskup Agung Santiago de Cuba di Kepulauan Karibia. Sebelum berangkat, ia sempat berziarah ke tiga tempat suci:
Bunda Maria dari Pilar (pelindung Spanyol), Bunda Maria dari Montserrat (pelindung Katalonia), dan Bunda Maria dari Fussimanya (dekat kampung halamannya).
Di Kuba, Uskup Antonius melakukan banyak perubahan besar. Ia memperbaiki seminari, membangun rumah sakit, mendirikan sekolah-sekolah, bahkan membuka kursus keterampilan bagi anak-anak miskin. Ia juga mendirikan perkumpulan simpan-pinjam untuk membantu kaum kecil.
Uskup Antonius sangat mencintai orang miskin dan menderita. Ia sering mengunjungi penjara dan rumah sakit, membela orang yang tertindas, dan menentang perbudakan serta rasisme.
Banyak Mukjizat
Banyak orang menyaksikan hal-hal luar biasa dalam hidupnya. Ketika berkhotbah atau berdoa, tubuhnya kadang terlihat bercahaya atau bahkan terangkat dari tanah. Ia juga pernah menghentikan gempa bumi dengan berdoa di tanah, dan menenangkan badai dengan memberkati awan di langit. Ratu Isabella dari Spanyol bahkan menulis kesaksian bahwa ia sendiri melihat tubuh Uskup Antonius bercahaya saat misa!
Suatu kali, Tuhan Yesus berbicara kepadanya tentang tiga bahaya besar bagi dunia, yakni:
-
Perang yang mengerikan,
-
Godaan kesenangan, cinta uang, dan pikiran yang menjauh dari Allah,
-
Paham komunisme yang menolak iman.
Yesus berpesan agar orang-orang melawan kejahatan itu dengan Ekaristi dan doa Rosario.
Kembali ke Spanyol
Tahun 1857, Ratu Isabella memanggilnya pulang ke Spanyol untuk menjadi Bapa Pengakuan Dosa serta penasihat rohaninya. Ia kemudian diangkat menjadi uskup tituler Trajanopolis.
Selama sembilan tahun, ia menjadi rektor sekolah biara El Escorial, tempat ia membangun laboratorium, perpustakaan, museum, dan sekolah musik. Ia selalu berusaha membuat orang semakin pandai dan beriman.
Namun, ketika terjadi revolusi di Spanyol tahun 1868, ratu digulingkan dan harus mengungsi ke Prancis. Uskup Antonius ikut menemaninya dan memanfaatkan waktu di sana untuk memberitakan Injil di Paris.
Menjelang akhir hidupnya, kesehatannya semakin lemah. Ia kemudian tinggal di biara Cistercian Fontfroide di Prancis Selatan. Di sanalah, pada 24 Oktober 1870, Santo Antonius Maria Claret berpulang meninggal pada usia 62 tahun.
Jenazahnya dibawa pulang ke Spanyol dan dimakamkan di kota Vic, di Katalonia. Hingga kini, banyak peziarah datang berdoa di makamnya.
Karya dan Pengaruhnya
Santo Antonius menulis 144 buku tentang doa, moral, pertanian, dan pendidikan. Ia dikenal sebagai pengkhotbah luar biasa dan penulis yang sangat produktif.
Lewat karya-karyanya, ia membantu menghidupkan kembali bahasa Katalan dan menyebarkan semangat iman di banyak tempat.
Karena hidupnya yang suci dan penuh mukjizat, proses pengangkatannya menjadi santo dimulai pada tahun 1887. Ia dinyatakan “Venerabilis” (yang layak dihormati) oleh Paus Leo XIII pada tahun 1899, lalu dibeatifikasi (dinyatakan “Beato”) oleh Paus Pius XI pada 24 Februari 1934, dan akhirnya dikanonisasi sebagai Santo oleh Paus Pius XII pada 7 Mei 1950.
Kini, Gereja Katolik merayakan pesta Santo Antonius Maria Claret setiap tanggal 24 Oktober. Ia juga dikenal sebagai pelindung para penenun kain, pekerjaan yang dulu sangat ia cintai sejak masa kecilnya.
Santo Antonius Maria Claret mengajarkan bahwa “Orang yang sungguh mencintai Tuhan akan berusaha membuat orang lain juga mengenal dan mencintai-Nya.” Ia mengajak kita untuk rajin belajar, tekun berdoa, dan menggunakan semua kemampuan yang kita miliki untuk melayani sesama dan memuliakan Tuhan.
Bung Yan