Santo Martinus dari Tours Sepotong Jubah dan Kandang Angsa

11 November 2025 | 13.00 WIB

santo-martinus-dari-tours-sepotong-jubah-dan-kandang-angsa

Pada abad ke-4, hiduplah seorang anak lelaki bernama Martin. Ia lahir di daerah yang kini disebut Hungaria. Ayahnya seorang perwira tentara Romawi, sehingga sejak kecil Martin tumbuh di lingkungan militer.

Namun hati Martin berbeda. Ia lembut, baik, dan selalu tergerak melihat orang yang kesusahan. Walaupun keluarganya belum menjadi Kristen, Martin sudah tertarik pada Yesus sejak usia 10 tahun. Ia sering diam-diam pergi ke gereja untuk belajar tentang kasih Tuhan.

Saat berusia 15 tahun, Martin harus mengikuti jejak ayahnya menjadi prajurit Romawi. Ia ditempatkan di wilayah Gaul (sekarang Prancis). Ia memakai perlengkapan tentara lengkap, termasuk jubah tebal yang melindunginya dari cuaca dingin.

Suatu hari di musim dingin yang sangat menusuk tulang, Martin sedang menunggang kuda memasuki kota Amiens. Salju turun pelan, dan angin berembus tajam. Di dekat gerbang kota, ia melihat seorang pengemis. Tubuhnya gemetar hebat, wajahnya pucat, dan ia tidak punya pakaian yang cukup hangat.

Ia memeriksa kantongnya, kosong. Ia tidak membawa uang hari itu. Tapi ia punya jubah. Jubah tebal seorang prajurit. Martin tahu apa yang harus ia lakukan. Tanpa ragu, ia menghunus pedangnya, bukan untuk berperang tetapi untuk membelah jubahnya menjadi dua. Setengah jubah itu ia berikan kepada si pengemis. Pengemis itu memegang jubah itu dengan mata berkaca-kaca. Ia tersenyum. Dan untuk pertama kali hari itu, tubuhnya terasa hangat.

Malamnya, Martin bermimpi. Ia melihat Yesus memakai jubah yang ia berikan kepada si pengemis. Yesus berkata kepada para malaikat:

“Lihatlah, Martin yang masih belajar, telah memberikannya kepada-Ku.”

Saat terbangun, hati Martin penuh kehangatan. Tak lama kemudian, pada usia 18 tahun, Martin dibaptis menjadi seorang Kristen. 

Beberapa tahun kemudian, Martin merasa bahwa hidupnya bukan lagi untuk berperang. Ia berkata kepada komandannya:

“Aku adalah prajurit Kristus. Aku tidak dapat mengangkat pedang lagi.”

Ia pun meninggalkan tentara dan belajar hidup sederhana, membantu orang miskin, serta dibimbing oleh seorang uskup bernama Hilarius. 

Kabar tentang kebaikan Martin tersebar ke mana-mana. Orang-orang di kota Tours ingin menjadikannya uskup. Tapi Martin merasa dirinya kecil. Ia tidak ingin menjadi orang besar. Jadi ia bersembunyi. Dan di mana ia sembunyi? Di kandang angsa!

Ia berjongkok diam-diam di antara tumpukan jerami. Tapi angsa-angsa itu malah berkaok-kaok keras, seolah berkata:

“Di sini! Di sini! Martin ada di sini!”

Akhirnya Martin ketahuan, dibawa keluar dengan wajah malu bercampur senyum. Kemudian hari ia pun ditahbiskan menjadi Uskup Tours. Sebagai uskup, Martin: membantu orang miskin, melindungi orang lemah, mengajarkan orang untuk percaya kepada Tuhan, dan mendirikan tempat tinggal sederhana bagi para biarawan.

Ia tidak tinggal di rumah uskup yang mewah. Ia memilih tinggal di biara kecil di tepi sungai bersama para biarawan. 

Uskup Martin meninggal pada tahun 397. Namun kisah kebaikannya hidup selamanya. Ia dikenang sebagai: pelindung orang miskin, pelindung tentara, dan para penjahit. Semua itu bermula dari sepotong jubah yang ia bagikan kepada seorang pengemis musim dingin yang sangat mengigit tulang.


Bung Yan

Share on:

TikTokInstagram
back to blogs