Santo Yosef Mukasa Balikuddembe Martir Pertama Uganda Pemuda yang Berani Mengatakan Kebenaran
15 November 2025 | 17.51 WIB
SANCTORY - Di sebuah negeri jauh di Afrika Timur, ada seorang anak muda yang berani membela kebenaran, bahkan ketika semua orang takut. Namanya Yosef Mukasa Balikuddembe. Kisah hidupnya seperti perjalanan panjang seorang sahabat yang mencoba tetap setia, jujur, dan berbuat baik, meski dunia di sekelilingnya kadang terasa gelap.
Menuju Istana
Mukasa lahir di sebuah daerah dekat Danau Victoria, di Kerajaan Buganda. Ia tumbuh sebagai anak yang sehat, tinggi, dan kuat. Ia cepat berlari, pandai gulat, dan punya hati yang besar. Tidak heran, ketika berusia empat belas tahun ia dipilih menjadi pelayan muda di Istana Raja Mutesa I. Bayangkan seperti anak SMP yang tiba-tiba diminta tinggal di istana dan membantu raja setiap hari!
Di istana itulah ia mulai melihat banyak hal serta kebiasaan para bangsawan, aturan kerajaan, dan urusan-urusan istana yang tidak selalu baik. Namun Mukasa tetap menjadi anak yang jujur dan sederhana.
Bertemu Yesus
Ketika para misionaris datang ke Uganda tahun 1879, Mukasa langsung tertarik. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dalam ajaran Yesus, tentang kasih, pengampunan, dan kebenaran. Ia belajar agama bersama teman-temannya, termasuk Andreas Kaggwa. Setelah setahun belajar sebagai katekumen, Mukasa dibaptis pada 30 April 1882 dan mendapat nama baptis: Yosef.
Tak lama setelah itu, para misionaris terpaksa meninggalkan Uganda karena situasi tidak aman. Apa yang terjadi kemudian sungguh luar biasa: anak-anak muda Katolik di istana memilih Yosef Mukasa sebagai pemimpin mereka.
Ia mengajari teman-temannya berdoa, menguatkan mereka supaya tidak takut, dan mengingatkan agar tetap hidup baik. Pada masa itu, anak-anak muda Uganda menemukan makna keberanian lewat Yosef, sama seperti banyak anak muda sekarang belajar saling menolong dan tetap teguh ketika menghadapi tekanan.
Raja Baru, Tantangan Baru
Ketika Raja Mutesa wafat, putranya yang masih remaja (sekitar delapan belas tahun) naik takhta sebagai Raja Mwanga II. Awalnya, Yusuf tetap menjadi pelayan senior yang dipercaya raja. Ia bahkan diizinkan menegur raja jika raja melakukan hal yang salah.
Tetapi lama-kelamaan, Raja Mwanga mulai curiga kepada umat Katolik. Ia menganggap ajaran baru itu membuat para pemuda istana menjadi terlalu berani menolak keinginannya. Apalagi Yosef sering melindungi para pelayan muda dari perintah buruk raja dan mengajak mereka belajar iman.
Puncaknya terjadi ketika Yosef meminta raja menghentikan rencana pembunuhan Uskup James Hannington. Raja tidak terima ditegur. Sejak itu, hubungan keduanya berubah.
Memaafkan, Mendoakan
Yosef tetap memilih berbicara jujur kepada raja meskipun ia tahu risikonya besar. Ia tidak ingin berbohong hanya demi aman. Ia ingin Raja Mwanga menjadi pemimpin yang bijaksana, bukan pemimpin yang memakai kekuasaan untuk menakuti orang.
Suatu malam, Yosef dipanggil menghadap raja. Percakapan panjang terjadi, tetapi hatinya tetap tenang. Keesokan harinya, setelah menerima Komuni Kudus, Yosef Mukasa dijatuhi hukuman mati.
Kejadian yang paling mengagumkan adalah yang terjadi dalam perjalanan menuju Sungai Nakivubo, tempat eksekusinya. Yosef memaafkan semua orang yang membencinya. Ia bahkan mendoakan Raja Mwanga.
Sikapnya membuat banyak orang tersentuh. Ia wafat pada 15 November 1885, menjadi martir Katolik pertama dari Uganda.
Warisan Hidup
Setelah Yosef wafat, para pemuda Katolik di istana tidak patah semangat. Tugas membimbing mereka diteruskan oleh pemuda-pemuda lain, seperti Kornelius Kizito dan terutama Santo Karolus Lwanga. Api keberanian itu tetap menyala, sama seperti ketika seorang teman yang baik mengajarimu untuk bertahan, lalu kamu meneruskannya kepada teman yang lain.
Bertahun-tahun kemudian, Gereja Katolik mengakui keteguhan imannya. Yosef dibeatifikasi tahun 1920 dan dikanonisasi pada 1964. Sekarang namanya dikenang di seluruh dunia dan menjadi pelindung para pemimpin.
Di Uganda ada paroki yang memakai namanya, Paroki Santo Yosef Mukasa Balikuddembe. Tempat itu bukan hanya gedung gereja, tetapi juga simbol bahwa keberanian, pengampunan, dan keteguhan hati bisa lahir dari seorang anak muda biasa.
Bung Yan