Tatapan Yesus Mengubah Hidup Santo Guido Maria Conforti

5 November 2025 | 22.48 WIB

tatapan-yesus-mengubah-hidup-santo-guido-maria-conforti

SANCTORY - Di sebuah desa kecil bernama Casalora, dekat kota Parma di Italia, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Guido Maria Conforti. Ia lahir pada tanggal 30 Maret 1865 dan merupakan anak kedelapan dari sepuluh saudara! Bayangkan betapa ramai dan serunya rumah mereka!

Ayahnya bernama Rinaldo dan ibunya Antonia. Mereka bekerja keras dan mengajarkan Guido untuk selalu rajin, baik hati, dan mencintai Tuhan.

Setiap pagi, sebelum masuk sekolah, Guido selalu melewati Gereja Santa Maria della Pace. Ia selalu berhenti sebentar, masuk ke dalam gereja, dan memandang patung Yesus yang tersalib.

Suatu hari, ketika ia berdoa dengan sangat sungguh-sungguh, ia merasa seolah-olah Yesus berbicara di dalam hatinya. Setelah itu, Guido berkata:

"Aku memandang Dia, dan Dia memandangku. Seakan-akan Ia berkata banyak hal kepadaku."

Saat itulah, hatinya berbisik,

“Aku ingin menjadi imam.”

Ayahnya sebenarnya berharap Guido tetap tinggal di rumah untuk membantu mengelola kebun keluarga. Tapi Guido tidak bisa mengabaikan panggilan hatinya. Jadi, pada usia 11 tahun, ia masuk seminari untuk belajar menjadi imam.

Di seminari, Guido suka membaca kisah Santo Fransiskus Xaverius, seorang misionaris hebat yang mewartakan Injil ke berbagai negara. Dari kisah itu, Guido mulai bermimpi:

“Aku ingin pergi ke tempat jauh dan membawa kasih Tuhan ke sana.”

Tapi ternyata, ketika ia mencoba bergabung dengan kelompok imam misionaris seperti Yesuit dan Salesian, ia ditolak. Guido tidak patah semangat. Ia tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana.

Pada tanggal 22 September 1888, Guido akhirnya ditahbiskan menjadi imam. Ia mengajar di seminari dan kemudian dipercaya menjadi Wakil Uskup Agung Parma.

Mimpinya menjadi misioner tidak padam. Ia mulai merintis kelompok misionaris sendiri. Lalu, pada 3 Desember 1895, ia resmi mendirikan: Serikat Misionaris Xaverian (SX), ntuk menghormati Santo Fransiskus Xaverius, panutannya.

Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1899, misionaris Xaverian pertama berangkat ke Tiongkok, mewartakan kasih Tuhan di sana.

Guido kemudian menjadi Uskup. Meski kesehatannya sering lemah, ia tidak pernah berhenti melayani. Ia sering berkeliling paroki-paroki, bahkan naik kuda, hanya untuk memastikan umatnya terlayani dan anak muda dibimbing dengan baik.

Ia berkata:

“Anak-anak muda adalah masa depan Gereja. Mereka harus diberi kasih dan ruang untuk bertumbuh.”

Itulah sebabnya, Guido sangat mencintai kaum muda. 

Pada tahun 1928, ia melakukan perjalanan jauh ke Tiongkok untuk mengunjungi para misionaris Xaverian di sana. Perjalanan itu sangat melelahkan, dan beberapa tahun kemudian kesehatannya menurun. 

Pada 5 November 1931, Guido dipanggil Tuhan. Ia wafat dengan damai di Parma. 

Proses kanonisasi (menyatakannya sebagai Santo) dimulai pada tahun 1959. Karena hidupnya penuh kebajikan dan keteladanan, Paus Yohanes Paulus II menyatakan dirinya sebagai “Venerabilis” pada tahun 1982, lalu “Beato” pada tahun 1996. Setelah mukjizat kedua diakui Gereja, Paus Benediktus XVI menyatakannya sebagai Santo pada 23 Oktober 2011.

 

Bung Yan

Share on:

TikTokInstagram
back to blogs